A visit to Brawijaya Museum in Malang.
Wednesday, February 13, 2013
Tuesday, February 12, 2013
Surat Untukmu dan Kamu
Masih ku ingat...
Saat study tour itu berarti kunjungan ke wilayah pertambangan.
Kamu membekaliku banyak sekali makanan ringan.
Menggunakan helmet dan kacamata safetymu adalah favoritku.
Celana jeans panjang, baju lengan panjang, dan sepatu kets merupakan tambahannya.
Aku sudah seperti seorang pekerja pabrik saat itu.
Itu semua karena alasan safety kata mereka.
Aku juga ingat,
Ketika Senin pagi adalah upacara bendera.
Ditutup dengan senam poco-poco bersama di lapangan.
Ketika hari Jumat adalah Jumat bersih.
Bukanlah sampah yang kami bersihkan, melainkan hanya daun-daun yang sudah berguguran dari pohonnya.
Sekolah ini sudah lebih dari bersih.
Ketika hari Kartini berarti lomba memasak makanan 4 sehat 5 sempurna.
Dan masakanmu tak pernah tertandingi.
Lomba merangkai bunga juga aku ingat.
Kamu membuatkanku rangkaian bunga yang sangat indah.
Aku mendapat juara saat itu, berkatmu.
Aku ingat sekali,
Ketika menyebrang jalan bukanlah hal yang sulit.
Ketika pasar malam menjadi hiburan satu-satunya dan kita pergi bersama.
Ketika baju apapun tak menjadi masalah untuk dipakai.
Ketika gaya bukanlah segalanya.
Ketika teman berarti keluarga selamanya.
Ketika guru adalah sebenar-benarnya orang tua di sekolah.
Ketika kamu selalu mengantar dan menjemputku di sekolah.
Ketika tanganmu dan kamu adalah restuku sebelum meninggalkan rumah.
Ketika hujan turun amat deras dengan petir yang begitu hebat.
Aku... takut.
Kamu menggenggam tanganku dan berkata semuanya akan baik saja.
Suaramu begitu menenangkan.
Seperti cahaya kunang-kunang yang selalu muncul ketika listrik padam.
Dan pohon pinus tua yang bergoyang ketika diterpa angin kencang...
Pohon pinus itu kuat sepertimu.
Tak goyah walau diterpa angin kencang puluhan tahun lamanya.
Semuanya masih aku ingat.
Dear Kamu dan Kamu...
Meskipun kakiku sudah beranjak pergi dan menginjak tanah entah dimana,
Hatiku akan tetap di sana bersamamu dan bersama setiap kenangan yang selalu ada.
Salam rinduku untukmu, selalu.
Bapak Dido Ernanda dan Ibu Ida Hajati, tercinta :)
Saat study tour itu berarti kunjungan ke wilayah pertambangan.
Kamu membekaliku banyak sekali makanan ringan.
Menggunakan helmet dan kacamata safetymu adalah favoritku.
Celana jeans panjang, baju lengan panjang, dan sepatu kets merupakan tambahannya.
Aku sudah seperti seorang pekerja pabrik saat itu.
Itu semua karena alasan safety kata mereka.
Aku juga ingat,
Ketika Senin pagi adalah upacara bendera.
Ditutup dengan senam poco-poco bersama di lapangan.
Ketika hari Jumat adalah Jumat bersih.
Bukanlah sampah yang kami bersihkan, melainkan hanya daun-daun yang sudah berguguran dari pohonnya.
Sekolah ini sudah lebih dari bersih.
Ketika hari Kartini berarti lomba memasak makanan 4 sehat 5 sempurna.
Dan masakanmu tak pernah tertandingi.
Lomba merangkai bunga juga aku ingat.
Kamu membuatkanku rangkaian bunga yang sangat indah.
Aku mendapat juara saat itu, berkatmu.
Aku ingat sekali,
Ketika menyebrang jalan bukanlah hal yang sulit.
Ketika pasar malam menjadi hiburan satu-satunya dan kita pergi bersama.
Ketika baju apapun tak menjadi masalah untuk dipakai.
Ketika gaya bukanlah segalanya.
Ketika teman berarti keluarga selamanya.
Ketika guru adalah sebenar-benarnya orang tua di sekolah.
Ketika kamu selalu mengantar dan menjemputku di sekolah.
Ketika tanganmu dan kamu adalah restuku sebelum meninggalkan rumah.
Ketika hujan turun amat deras dengan petir yang begitu hebat.
Aku... takut.
Kamu menggenggam tanganku dan berkata semuanya akan baik saja.
Suaramu begitu menenangkan.
Seperti cahaya kunang-kunang yang selalu muncul ketika listrik padam.
Dan pohon pinus tua yang bergoyang ketika diterpa angin kencang...
Pohon pinus itu kuat sepertimu.
Tak goyah walau diterpa angin kencang puluhan tahun lamanya.
Semuanya masih aku ingat.
Dear Kamu dan Kamu...
Meskipun kakiku sudah beranjak pergi dan menginjak tanah entah dimana,
Hatiku akan tetap di sana bersamamu dan bersama setiap kenangan yang selalu ada.
Salam rinduku untukmu, selalu.
Bapak Dido Ernanda dan Ibu Ida Hajati, tercinta :)
Monday, February 11, 2013
It's Always Been You
I've found a reason for me.
To change who I used to be.
A reason to start over new
and the reason is you.
The Reason - HoobastankPernah ga sih lo ngerubah sikap atau sifat lo karena sesuatu? Seseorang lebih tepatnya. Gue lagi ngalamin itu nih ceritanya haha-_-. Gue bukan cewe yang pada umumnya perhatian dan manis. Tapi tomboy juga engga. Engga banget malah. Kalo gak punya perasaan... Bisa jadi. Jahat amat kesannya ya._. Tapi emang dulu gue super cuek dan ga peduli banget sama orang lain. Kalo ngomong suka ga diayak. Sering memberikan harapan palsu. Ga ngehargain pemberian dan hasil kerja keras orang. Ga peduli mau orang sakit hati kek, patah hati kek, nangis guling guling kek. Yes I'm a mean girl. Dan, boom! Semua itu berubah ketika negara api menyerang.
Now I am sweet like a candy :p
Terimakasih tongfang!
eh salah. Kamu maksudnya hihi :3
Friday, February 08, 2013
Backpacking to Bromo
Libur tlah tiba libur tlah tiba, hore! hore! Hatiku gembiraa~
UAS udah selesai dan hasilnya.... Ada yang bikin seneng ada yang bikin sadar juga haha yaa apapun hasilnya pokonya semuanya disyukuri aja. Libur sebulan ga afdol kayanya kalo nggak ngapa-ngapain ya. Apalagi mengingat gue bukan tipe orang yang suka ngedekem dirumah. Pilihannya mau jadi anak pantai apa anak gunung? Gue dan temen-temen rumah kali ini milih buat jadi anak gunung. Daaaan tujuan kita adalah Gunung Bromo.
Rencana ke Bromo ini dibikinnya super duper dadakan. Jadi ceritanya Kamis (31/01/13) malam, gue Ranty Ica Citra makan di Kota Kasablanca. Tiba-tiba gue dapet kabar kalo UP Biomedik dilaksanakan hari Senin 4 Februari. Mau nggak mau gue harus ke Surabaya sebelum hari Senin itu sedangkan gue sampe Jakarta aja baru sekitar 1 minggu yang lalu, masih banyak agenda yang belum sempet terlaksanakan. Jadilah Citra Ica sama Ranty mau nemenin balik ke Surabaya asalkan guenya balik ke Jakarta lagi, daaan karena udah jauh-jauh masa cuma nemenin gue doang kan apa banget gitu kayanya, akhirnya kita rencanain buat sekalian liburan. Semua tempat wisata di Surabaya dan sekitarnya pun diseleksi. Akhirnya terpilihlah Bromo sebagai tujuan utama liburan kita kali ini.
Briefing 2 kali buat ngitung-ngitung perkiraan budget yang harus disiapin dan jadwal nanti mau ngapain aja. Intinya perjalanan kali ini mau kita buat ala backpacker yang sehemat mungkin. Total hitungan pertama cuma sekitar 400rb udah balik Jakarta lagi. Tapi ternyata pas mau beli tiket kita kehabisan tiket kereta ekonomi yang harganya cuma 33.500. Jadilah kita ambil ekonomi ac yang harganya 150rb. Dengan begini itungan budget kita berubah, pengeluaran tak terduga diperbanyak dan didapatkan total 600rb dengan pengeluaran tak terduga gue jadiin 700rb sampe balik jakarta lagi.
Sabtu, 2 Februari jam 2 kita semua ngumpul di stasiun Pasar Senen. Oh iya ada 1 lagi yang ikut, namanya Ican, dia pacarnya Citra. Kereta berangkat jam setengah 3. Nama keretanya Kertajaya. Nggak berapa lama di kereta, tiba-tiba papanya Ranty nelfon, ngasih tau kalo ternyata kakungnya meninggal. Ranty terpaksa turun di stasiun terdekat buat balik lagi ke Jakarta dan yang lain tetep ngelanjutin perjalanan.
Setelah 14 jam di kereta akhirnya sampe jugaa di Surabaya. Ketemu omnya Ica terus ke kosan gue buat istirahat. Ican dijemput Azwin buat istirahat dirumahnya. Besokannya gue UP di kampus dari jam 1 sampe setengah 3. Abis itu balik ke kosan dan langsung cabut ke terminal di bungur asih. Terminal disini ga kayak terminal terminal pada umumnya. Terminalnya bagus paraaah kayak bandara, bis bisnya teratur gitu jadi penumpang yang awam kayak gue lebih gampang kalo mau naik bis gitu. Dijamin nggak bakal salah naik bis dah pokonya. Gue citra ican sama ica naik bis arah banyuwangi yang ngelewatin Probolinggo. Karcis buat ke Probolinggo harganya 15rb. Kurang lebih setelah 2 jam perjalanan, turunlah kita di terminal Probolinggo. Kalo nggak salah saat itu udah jam setengah 7. Di terminal itu kita ketemu 2 bule yang lagi super galau. Ternyata harga harga yang tertera di buku panduannya dia nggak sesuai sama realita. Kalo lebih mahal sih oke, berarti si bule bawa duit lebih dong, nah ini masalahnya harga yang ditulis di buku itu tuh 2 kali lebih murah daripada harga aslinya-_- pantes aja si bule ngotot buat nawar harganya. Setelah beberapa lama nego sama abang abang supirnya akhirnya jam 8 kita, pasangan bule, dan 4 laki-laki rombongan dari univ. Pancasila berangkat bareng ke desa Cemoro Lawang naik bison yang masing-masing orangnya dikenakan 40rb. Cemoro Lawang itu desa terakhir yang paling deket sama Bromo. Perjalanan Probolinggo sampe Cemoro Lawang memakan waktu sekitar 2 jam. Sampe di Cemoro Lawang kita ditanyain supirnya nginep dimana dan karena emang kita ga ngerencanain buat nginep dan ga ada uangnya juga ya kita bilang ke supirnya kalo kita mau numpang tidur di warung aja. Alhamdulillah supir kali ini baik banget dan ngebolehin kita kalo mau tidur di dalem mobilnya aja. Udara malam di Cemoro Lawang itu suuuuper duper dingin. Katanya sih emang sampe kurang dari 0 derajat suhunya. Gue udah dobel kaos kaki, dobel jaket, pake sarung tangan, sama kupluk aja belom nutupin rasa dinginnya itu. Brrrrrr.
Sekitar jam setengah 4 pagi kita dibangunin buat siap siap menuju penanjakan 1 untuk liat sunrise. Jeep yang kita pesen juga ternyata udah ada. Langsunglah kita cus dengan berlapis lapis baju di badan. Karena pas sampe di penanjakan 1 masih gelap dan anginnya masih kenceng banget, akhirnya kita duduk duduk sebentar di warung terdekat dan minum milo sama kopi panas. 2 gelas untuk berempat.
Setelah puas liat sunrise di penanjakan 1, kita langsung cus lagi menuju Bromo. Sampe di parkiran jeep, belom turun aja udah banyak banget abang abang yang nawarin buat naik kuda ke atas. Tapi apa daya dompet sudah menangis jadilah kita jalan aja sampe atas. Setengah perjalanan sih udah berhasil kita lewatin, tapi semakin lama kok ternyata jalannya semakin nanjak dan bikin cape juga. Akhirnya kita mutusin buat nawar kuda yang tadinya 50rb per orang jadi cuma 15rb karna kan emang cuma tinggal setengah perjalanan lagi aja. Sampe di atas tarik napas foto foto terus turun lagi hahaha. Kali ini turunnya bener bener cuma jalan kaki. Abis dari Bromo kita ke savana sama pasir berbisik. Kalo di savana itu jadi kayak bukit bukit yang di teletubies, dan pasir berbisik itu padang pasir yang luaaaaaas banget terus kalo ada angin pasirnya jadi ada suaranya gitu.
Puas jalan jalan di Bromo, kita sama rombongan bison awal balik ke terminal probolinggo jam 11. Sampe di terminal jam 1 dan langsung lanjut naik bis menuju Malang. Awalnya sih bis ini kosong tapi lama kelamaan jadi super penuh dan panasnya gaada obat-_-
Setelah 2 jam di bis, sampailah kita di terminal Arjosari Malang. Di terminal kita luntang lantung karena belom nyiapin tempat buat nginep. Mengingat uang yang kita pegang udah tipis banget jadi kita nyari hotel yang harganya bener bener terjangkau dan bisa buat berempat. Gak berapa lama temen papah yang di Malang telfon nawarin bantuan. Alhamdulillaaah dapet bantuan banyak banget dari beliau dan akhirnya kita berempat langsung naik angkot menuju Hotel Helios di pusat kota Malang. Dari hotel ini bisa ke stasiun sama alun alun malang cuma dengan jalan kaki, di perempatan jalannya juga banyak angkot lewat jadi akses kemana mana gampang.
Malem malemnya kita jalan ke alun alun kota Malang buat nyari makan dan besokan paginya sebelum check out kita naik angkot ke Sanan buat hunting oleh-oleh sekalian nyari bakso Malang. Kata orang-orang, belom ke Malang namanya kalo belom nyobain baksonya hehehe.
Check out dari hotel jam setengah 1 terus ke museum Brawijaya sambil nunggu jam 3 karena kereta kita berangkatnya jam 3. Puas liat liat museum kita cuss deh ke stasiun. Dadah Malaang~
Sekarang...... udah di Jakarta lagi aja nih. Liburan kali ini sesuatu bangetlah pokonya. Cape tapi seneng.
UAS udah selesai dan hasilnya.... Ada yang bikin seneng ada yang bikin sadar juga haha yaa apapun hasilnya pokonya semuanya disyukuri aja. Libur sebulan ga afdol kayanya kalo nggak ngapa-ngapain ya. Apalagi mengingat gue bukan tipe orang yang suka ngedekem dirumah. Pilihannya mau jadi anak pantai apa anak gunung? Gue dan temen-temen rumah kali ini milih buat jadi anak gunung. Daaaan tujuan kita adalah Gunung Bromo.
Rencana ke Bromo ini dibikinnya super duper dadakan. Jadi ceritanya Kamis (31/01/13) malam, gue Ranty Ica Citra makan di Kota Kasablanca. Tiba-tiba gue dapet kabar kalo UP Biomedik dilaksanakan hari Senin 4 Februari. Mau nggak mau gue harus ke Surabaya sebelum hari Senin itu sedangkan gue sampe Jakarta aja baru sekitar 1 minggu yang lalu, masih banyak agenda yang belum sempet terlaksanakan. Jadilah Citra Ica sama Ranty mau nemenin balik ke Surabaya asalkan guenya balik ke Jakarta lagi, daaan karena udah jauh-jauh masa cuma nemenin gue doang kan apa banget gitu kayanya, akhirnya kita rencanain buat sekalian liburan. Semua tempat wisata di Surabaya dan sekitarnya pun diseleksi. Akhirnya terpilihlah Bromo sebagai tujuan utama liburan kita kali ini.
Briefing 2 kali buat ngitung-ngitung perkiraan budget yang harus disiapin dan jadwal nanti mau ngapain aja. Intinya perjalanan kali ini mau kita buat ala backpacker yang sehemat mungkin. Total hitungan pertama cuma sekitar 400rb udah balik Jakarta lagi. Tapi ternyata pas mau beli tiket kita kehabisan tiket kereta ekonomi yang harganya cuma 33.500. Jadilah kita ambil ekonomi ac yang harganya 150rb. Dengan begini itungan budget kita berubah, pengeluaran tak terduga diperbanyak dan didapatkan total 600rb dengan pengeluaran tak terduga gue jadiin 700rb sampe balik jakarta lagi.
Sabtu, 2 Februari jam 2 kita semua ngumpul di stasiun Pasar Senen. Oh iya ada 1 lagi yang ikut, namanya Ican, dia pacarnya Citra. Kereta berangkat jam setengah 3. Nama keretanya Kertajaya. Nggak berapa lama di kereta, tiba-tiba papanya Ranty nelfon, ngasih tau kalo ternyata kakungnya meninggal. Ranty terpaksa turun di stasiun terdekat buat balik lagi ke Jakarta dan yang lain tetep ngelanjutin perjalanan.
Setelah 14 jam di kereta akhirnya sampe jugaa di Surabaya. Ketemu omnya Ica terus ke kosan gue buat istirahat. Ican dijemput Azwin buat istirahat dirumahnya. Besokannya gue UP di kampus dari jam 1 sampe setengah 3. Abis itu balik ke kosan dan langsung cabut ke terminal di bungur asih. Terminal disini ga kayak terminal terminal pada umumnya. Terminalnya bagus paraaah kayak bandara, bis bisnya teratur gitu jadi penumpang yang awam kayak gue lebih gampang kalo mau naik bis gitu. Dijamin nggak bakal salah naik bis dah pokonya. Gue citra ican sama ica naik bis arah banyuwangi yang ngelewatin Probolinggo. Karcis buat ke Probolinggo harganya 15rb. Kurang lebih setelah 2 jam perjalanan, turunlah kita di terminal Probolinggo. Kalo nggak salah saat itu udah jam setengah 7. Di terminal itu kita ketemu 2 bule yang lagi super galau. Ternyata harga harga yang tertera di buku panduannya dia nggak sesuai sama realita. Kalo lebih mahal sih oke, berarti si bule bawa duit lebih dong, nah ini masalahnya harga yang ditulis di buku itu tuh 2 kali lebih murah daripada harga aslinya-_- pantes aja si bule ngotot buat nawar harganya. Setelah beberapa lama nego sama abang abang supirnya akhirnya jam 8 kita, pasangan bule, dan 4 laki-laki rombongan dari univ. Pancasila berangkat bareng ke desa Cemoro Lawang naik bison yang masing-masing orangnya dikenakan 40rb. Cemoro Lawang itu desa terakhir yang paling deket sama Bromo. Perjalanan Probolinggo sampe Cemoro Lawang memakan waktu sekitar 2 jam. Sampe di Cemoro Lawang kita ditanyain supirnya nginep dimana dan karena emang kita ga ngerencanain buat nginep dan ga ada uangnya juga ya kita bilang ke supirnya kalo kita mau numpang tidur di warung aja. Alhamdulillah supir kali ini baik banget dan ngebolehin kita kalo mau tidur di dalem mobilnya aja. Udara malam di Cemoro Lawang itu suuuuper duper dingin. Katanya sih emang sampe kurang dari 0 derajat suhunya. Gue udah dobel kaos kaki, dobel jaket, pake sarung tangan, sama kupluk aja belom nutupin rasa dinginnya itu. Brrrrrr.
Sekitar jam setengah 4 pagi kita dibangunin buat siap siap menuju penanjakan 1 untuk liat sunrise. Jeep yang kita pesen juga ternyata udah ada. Langsunglah kita cus dengan berlapis lapis baju di badan. Karena pas sampe di penanjakan 1 masih gelap dan anginnya masih kenceng banget, akhirnya kita duduk duduk sebentar di warung terdekat dan minum milo sama kopi panas. 2 gelas untuk berempat.
Setelah puas liat sunrise di penanjakan 1, kita langsung cus lagi menuju Bromo. Sampe di parkiran jeep, belom turun aja udah banyak banget abang abang yang nawarin buat naik kuda ke atas. Tapi apa daya dompet sudah menangis jadilah kita jalan aja sampe atas. Setengah perjalanan sih udah berhasil kita lewatin, tapi semakin lama kok ternyata jalannya semakin nanjak dan bikin cape juga. Akhirnya kita mutusin buat nawar kuda yang tadinya 50rb per orang jadi cuma 15rb karna kan emang cuma tinggal setengah perjalanan lagi aja. Sampe di atas tarik napas foto foto terus turun lagi hahaha. Kali ini turunnya bener bener cuma jalan kaki. Abis dari Bromo kita ke savana sama pasir berbisik. Kalo di savana itu jadi kayak bukit bukit yang di teletubies, dan pasir berbisik itu padang pasir yang luaaaaaas banget terus kalo ada angin pasirnya jadi ada suaranya gitu.
Puas jalan jalan di Bromo, kita sama rombongan bison awal balik ke terminal probolinggo jam 11. Sampe di terminal jam 1 dan langsung lanjut naik bis menuju Malang. Awalnya sih bis ini kosong tapi lama kelamaan jadi super penuh dan panasnya gaada obat-_-
Setelah 2 jam di bis, sampailah kita di terminal Arjosari Malang. Di terminal kita luntang lantung karena belom nyiapin tempat buat nginep. Mengingat uang yang kita pegang udah tipis banget jadi kita nyari hotel yang harganya bener bener terjangkau dan bisa buat berempat. Gak berapa lama temen papah yang di Malang telfon nawarin bantuan. Alhamdulillaaah dapet bantuan banyak banget dari beliau dan akhirnya kita berempat langsung naik angkot menuju Hotel Helios di pusat kota Malang. Dari hotel ini bisa ke stasiun sama alun alun malang cuma dengan jalan kaki, di perempatan jalannya juga banyak angkot lewat jadi akses kemana mana gampang.
Malem malemnya kita jalan ke alun alun kota Malang buat nyari makan dan besokan paginya sebelum check out kita naik angkot ke Sanan buat hunting oleh-oleh sekalian nyari bakso Malang. Kata orang-orang, belom ke Malang namanya kalo belom nyobain baksonya hehehe.
Check out dari hotel jam setengah 1 terus ke museum Brawijaya sambil nunggu jam 3 karena kereta kita berangkatnya jam 3. Puas liat liat museum kita cuss deh ke stasiun. Dadah Malaang~
Sekarang...... udah di Jakarta lagi aja nih. Liburan kali ini sesuatu bangetlah pokonya. Cape tapi seneng.
Ican sama Citra yang bikin kangen Awin. Sweet kan merekaa. |
Subscribe to:
Posts (Atom)