Saturday, April 28, 2012

Mengenang Bapak Puisi Indonesia

  • DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

  • AKU
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi 
Puisi Karya : Chairil Anwar

Hari ini, 28 April 2012, tepat 63 tahun wafatnya Chairil Anwar. Sebagai seorang anak murid sekolah biasa yang ngga pinter pinter amat saya ngga mau sok tau deh disini. Saya ingat hal ini sebenernya gara gara puisi dan nama Alm. Bapak Chairil Anwar sering sekali muncul di soal try out dan bahkan di soal ujian nasional. Dari soal soal tersebut pula saya mengetahui bahwa memang karya karya atau saja sajak Chairil Anwar tak pernah mati. Karya karyanya tak termakan oleh waktu. Sampai saat ini pun saya kagum dengan sajak sajak beliau. Entah bagaimana mengekpresikannya hehehe.
sumber puisi : http://chairil-anwar.blogspot.com/