Friday, April 21, 2017

Rotasi

Percayakah kamu bahwa tak hanya Bumi yang berputar, kehidupan di dalamnya pun.
Terkadang kita merasa kehidupan kita berhenti di satu titik rendah yang statis. Kaku. Semua menjadi abu. Di titik itu egoisme menyatu dan beradu. Hanya usaha, doa, dan kemauan yang kuat lah yang dapat membuat kita kembali bergerak. 

Buka kedua mata dan lihatlah baik-baik. Tak hanya Bumi dan kita yang mengalami rotasi, orang-orang disekitar kita pun.

Wednesday, March 29, 2017

Random Question on Tuesday Night

If you were a mad scientist with unlimited resources, what would you create?
A message from an online group chat suddenly pops on my phone. It was Winda, an XLFL awardee from Makassar, who randomly challenged our imagination for I-don't-know-what reason. One thing that I know for sure is that this question successfully took not only my attention but also some of the others.

Faisal : Cold fusion nuclear inside car machine to make it environmental-friendly.
Derry : Ironman suit. I will make Indonesia great again.
Bern : Unlimited electricity, food and water.
Razii : A capsule worth a portion of food. Sometime males ngunyah.
Scherzo : Bring back dinosaurs!
Ali : Love potion.
Angga : Time machine.
Aista : Go for an expedition of finding the real heaven.

Me? O I keep my answer inside my head until I write this post.

Well If I were a mad scientist with unlimited resources, I would have create a teleport door. One door that could take us to anywhere we desire. Actually I also want to make a time machine, but instead of going back to the time where I screwed everything, I'd rather live my life and efficiently use the remain time I have. A teleport will cut your travel time from 1 hour to 0, from 12 hours to a blink of an eye. Imagine how cool is that?!

Sunday, March 26, 2017

"But I wonder where were you? When I was at my worst down on my knees."

Thursday, March 23, 2017

d'Wiscar Jatinangor




Rara : Gue mau yang seger-seger apa ya?
Icha : Apa ya...
Tere : Wiscar aja apa?
Rara : Hah? wiskas?! Makanan kucing?
Tere : Bukan-.- Wiscar ra, buah buahan gitu.
Rara : Oalaah ih boleh boleh!

Itu adalah percakapan yang membawa gue ke wiscar untuk pertama kalinya. Jadi Wiscar adalah kepanjangan dari Wisma Caringin. Kenapa namanya wiscar? soalnya gerobaknya ini jualannya di depan kost-kostan Wisma Caringin di Jatinangor. Nah tempat apakah ini? Pada dasarnya ini adalah tempat jualan juice dan es buah. Bedanya, es buah sama juice di sini gak pelit buah! Yep! Kalo beli es buah, buahnya beneran banyak dan potongannya besar-besar. Gak cuma itu, mereka juga ada menu unik-unik kaya es mangga, es mangga saus sunkist, buah naga saus strawberry, dan masih banyak lagi menu yang ena ena nyamm.

Yang gue beli di foto ini adalah es mangga. Isinya cuma potongan buah mangga sama susu putih. Rasanya aduh gausah ditanya enak parah ini sumpah deh enak PARAH. Bisa dilihat sendiri potongan buah mangganya gak tanggung-tanggung, beneran 1 buah diabisin. Udah gitu buahnya manis. Ini yang terpenting. Semua buah yang dipake si wiscar ini buah yang matengnya udah pas pas banget jadi enak dimakannya. Gue rasa mereka punya quality assurance sendiri deh buat nyeleksi bahan baku yang dipake hmm.

Nah kalo menu lain yang kaya buah naga saus sunkist misalnya, itu isinya potongan buah naga sama juice jeruk. Juice jeruknya literally dari perasan jeruk manis beneran dan potongan buah naganya juga sama gede-gede. Gak kalah enak deh. Kalo aja wiscar ini buka di deket rumah, pasti udah gue cobain tuh semua menunya, gue beli tiap hari :')

Masalah harga, jangan khawatir, harga wiscar ini mahasiswa-friendly banget wkwk. Cuma sekitar 8-12rb aja sodara-sodara. That's why kalo pas lagi ke Bandung gue selalu nyempetin ke Nangor cuma buat beli Wiscar doang wkwk. Pokonya kalo ke Jatinangor belum sah deh kalo belum beli Wiscar.

Tuesday, March 21, 2017

Pertama Kali Jakarta - Bandung Naik Kereta

Berawal dari keinginan untuk solo traveling dan refreshing tipis-tipis, dengan sangat random weekend kemarin gue ke Bandung! Awalnya galau berangkat apa engga, karena waktu bikin itinerary ternyata budgetnya gede juga bo T_T Berhubung baru ngeluarin duit buat les nyetir sama bikin SIM jadi harus prihatin dulu buat akhir bulan ini hiks. Nah karena berangkatnya hari Sabtu, biasanya jalan ke Bandung kan macet tuh, akhirnya iseng-iseng lah buka Traveloka dan ngecek tiket kereta. Eh ternyata harga tiket kereta ke Bandung malah lebih murah daripada naik travel. Keretanya cuma ada 1, Argo Parahyangan. Harga ekonomi 70-80rb, eksekutif 105-135rb. Waktu keberangkatannya ada banyak bisa milih aja, mau pagi siang sore atau malem. Ketersediaan tiketnya juga, kalo kemarin sih, bisa dibilang selalu ada. Jadi buat yang gak sempet booking dari hari-hari sebelumnya atau yang dadakan tiba-tiba pengen ke Bandung kaya gue gini bisa langsung beli tiket go show aja di stasiun. Ada loket yang khusus untuk pembelian tiket keberangkatan H-3jam. Gak perlu nulis-nulis formulir lagi tinggal antri aja, kasih KTP terus bayar. Bayarnya pun bisa pake debit card (di Stasiun Gambir dan Stasiun Bandung). Sedap gak tuh?!

Long story short, berangkatlah gue ke Stasiun Gambir dan beli tiket ekonomi untuk KA Argo Parahyangan jam 10.15 WIB seharga Rp 80.000. Udah ngebayangin dengan harga segitu pasti keretanya nggak jauh beda sama ekonominya KA Kertajaya yang biasanya gue naikin kalo mau ke Surabaya. Bahkan gue ngebayangin kalo gerbongnya masih pake gerbong lama yang belum ada AC nya, jendelanya masih bisa dibuka dan kursi 90 derajat busa tipis yang bikin tepos pantat wkwk. Dari rumah udah siap-siap bawa headset, mindahin lagu ke hp, dan bawa bacaan supaya gak mati gaya di kereta.

Pas keretanya dateng.. bingung gerbong ekonominya yang mana. Udah jalan dari gerbong paling belakang sampe yang paling depan tapi tulisan di luar gerbongnya eksekutif semua. Mana kereta guee? Mana gerbong ekonomi yang ada di bayangan gue? Mana? Mana?! Karena gak nemu-nemu juga akhirnya nanya ke petugas kereta ekonomi parahyangan yang ke Bandung mana? "Ini keretanya mba. Mbanya gerbong berapa?" kata petugas. "ekonomi ac 2 pak." "Oh ekonomi ac 2 di belakang sana mbak yang gerbong kedua dari belakang."

Pas masuk.. hmm ternyata definisi ekonomi KA Argo Parahyangan seperti ini... 180derajat lah kalo dibandingin Kertajaya :") Norak parah pas pertama kali masuk, rasanya yang seneng kaya naik kereta luar negeri gitu. Untung keretanya sepi jadi gak banyak yang menyaksikan betapa noraknya gue saat itu hahaha. Untuk foto-fotonya, karena kamera hp gak photo-friendly, ini ijin ambil dari google aja yak wkwk. Silahkan dilihat sendiri perbedaannya antara KA Kertajaya dan Argo Parahyangan.

Interior kereta ekonomi Argo Parahyangan (img source: https://pbs.twimg.com/media/C0AAmS8UAAALEmm.jpg:small)
Interior kereta ekonomi Argo Parahyangan (img source: https://pbs.twimg.com/media/C0AAnFeUkAAc5VP.jpg:small)
Interior kereta ekonomi Argo Parahyangan (img source: https://bagusgowes.files.wordpress.com/2016/11/14991139_393265731062850_3556470345875443355_o.jpg)


Interior kereta ekonomi Kertajaya (img source: https://mysulaeman.files.wordpress.com/2012/07/img_1037.jpg)
Interior kereta ekonomi Kertajaya (img source: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/11/Kamandaka-Int01.JPG)

Perjalanan Jakarta - Bandung dengan Argo Parahyangan memakan waktu sekitar 3 jam. Sepanjang perjalanan kita bakal disuguhi pemandangan alam yang kaya di lukisan-lukisan gitu. Sawah, gunung, pedesaan, kali yang mengalir dan jernih, uh mata seger deh pasti. Cuma sayangnya kalo menurut gue jalur yang dilewatin rada serem. Ada beberapa spot yang tanahnya gak stabil jadi rel keretanya rawan ambles. Di titik-titik itu biasanya kereta akan mengurangi kecepatan sampai 10km/jam. Gak cuma itu, kita juga akan ngelewatin jembatan yang tinggi parah. Kanan kiri jurang. Udah kaya naik roller coaster deh beneran. Gue yang karena norak dan sedikit lebay sampe pegangan kursi dong pas lewat jurang itu :"

Tapi tenang aja, inshaAllah PT. KAI udah mikirin segala sesuatu terkait dengan keselamatan penumpang. Jadi jangan khawatir, yang penting mah doa aja udah wkwk. Karena pada akhirnya gue sampai di Bandung dengan selamat dan hati yang riang gembira lalala.

#ngupingjakarta

X: Hebat kereta sekarang pelayanannya bagus ya.
Y: Iya lah kan udah beda sekarang mah gak kayak dulu.

*saat mau keluar dari Stasiun Gambir dan papasan sama orang yang baru dateng.

Friday, March 17, 2017

Thursday, March 16, 2017

GMS Semifinal Night at La Piazza




Hai! ini Mona dan Kak Dina. Kak Dina yang rambut pendek, Mona yang rambut panjang. Mereka model super hits yang sekarang sedang meniti karir di Jakarta. Mona lebih serius ke film dan iklan sedangkan Kak Dina lebih ke dunia modeling. Kita satu agency di Surabaya. Tapi gue masih butiran debu hahaha. Dari mereka gue belajar untuk tetap humble. Mereka gak ngedikte secara langsung, tapi sifat rendah hatinya keliatan dari perilaku mereka sehari-hari. Salut lah pokonya sama dua supermodel ini.

Terlepas dari dunia modeling, gue masih melatih diri gue sendiri supaya jangan sombong sama orang. Ya walaupun kadang-kadang kayanya masih suka khilaf ya._. Jangan pernah ngerasa kayak yang udah paling punya segalanya. Inget di atas langit masih ada langit. Bisa aja orang yang sekarang lo remehin, tiga bulan kemudian jadi orang yang paling lo butuhin di dunia. Bisa loh, bisa banget. That's why, keep spreading kindness brosist.

Oh iya foto ini diambil setelah selesai semifinal Gading Model Search. Seneng si bisa kumpul lagi setelah sekian lama gak ketemu dan show bareng. 

Monday, March 13, 2017

You are the people you surround yourself with

Naru : Ra, pernah gak sih kamu ngerasa terlalu aktif atau terlalu banyak keinginan yang harus kamu capai gitu?
Rara : Ambisius maksudnya?
Naru : Ya semacam itu
Rara : Emm pernah sih, tapi itu kayaknya tergantung lingkungan juga deh, Nar. Nih misalnya aku kalo di kelas ngerasa kayak udah yang paling ambi karena temen-temen sekelasku kebanyakan gak suka ikut kegiatan di luar kampus, tapi pas ketemu anak-anak XLFL yang cenderung high-achiever aku malah seperti butiran debu yang prestasinya paling gak ada, organisasinya paling dikit, dll.
---

Percaya gak sih kalo sifat, sikap, keputusan dan bahkan pola pikir kita itu dipengaruhi sama lingkungan sekitar? Gue percaya.

Buat gue, lingkungan sekitar bahkan punya pengaruh yang lebih kuat dari orang tua dan keluarga inti dalam membentuk karakter seseorang. Apalagi kalo idup lo sama kaya gue yang 70% waktunya dihabiskan di luar rumah alias jauh dari keluarga. Mungkin papah sama mamah udah ngerti konsep ini makanya waktu kecil gue dibawa ke lingkungan yang bisa dibilang ritme kehidupannya sudah tertata rapi which is: Soroako.

Di soroako gue satu sekolah dan main-main sama anak expat. Gue yang awalnya cuma ngerti bahasa inggrisnya kuning itu yellow, dalam waktu cuma seminggu udah bisa telfonan ama anak expat dan haha hihi bareng. Gue yang awalnya gak bisa renang dan gak mau nginjekin kaki sedikit pun di danau akhirnya hobi banget renang di danau bahkan sampe tiap hari karena semua anak Soroako pada hobi renang. See? kondisi sekitar pada akhirnya memaksa kita untuk berubah. Yang awalnya nggak bisa jadi bisa. Yang awalnya nggak suka jadi suka. Yang awalnya nggak hobi jadi hobi.

We need to choose our surrounding carefully. Karena beneran deh kalo lo salah pilih, dan lo gak kuat sama pendirian lo sendiri, lo akan kebawa. Ibaratnya kaya flu aja, semisal kita terus-terusan sama orang yang lagi flu, dia bersin-bersin ke arah kita, tissuenya dikasih ke kita, cepat atau lambat bisa dipastikan kita akan kena flu juga.

Lalu harus memilih lingkungan yang seperti apa? Yang mendukung kita untuk terus tumbuh dan berkembang jadi lebih baik dari sebelumnya. Definisi baik bisa beda-beda. Bisa lebih baik dalam karir, lebih sukses dalam kehidupan, pokoknya yang ngedukung niatan baik kita untuk meraih cita-cita dan keinginan dalam hidup #edeh.

Misalnya kalo lo mau serius naikin IPK di kampus, habiskanlah waktu lo bersama orang-orang yang rajin belajar dan yang rajin ngerjain tugas. Kurangi waktu main sama yang tiap kali ujian bisanya nyontek doang, ngandelin jawaban orang lain. Karena semisal temen-temen lo lagi pada belajar bareng nih, masa iya lo mau main PS sendirian?

Terus misalnya lagi kalo lo mau kerjaan yang lebih baik, kurang-kurangin deh tuh waktu lo yang sering lo abisin sama orang yang hobinya izin sakit padahal ngga sakit, yang sering ngeluh dan kerjanya se-sedikit mungkin. Perbanyak bersosialisasi dengan rekan kerja yang cenderung ambisius dalam bekerja, yang ngambil kursus tambahan buat nambah skillnya, yang selalu berusaha untuk membawa hidupnya ke taraf yang lebih baik. Kalo lingkungan lo udah sukses semua, energinya akan transfer ke lo juga nantinya.

Kalo udah terlanjur masuk ke lingkungan yang kurang baik gimana? Perkuat pendirian bung! Kapal jangan sampe oleng. Dekatkan diri ke keluarga dan perbanyak baca buku self improvement atau kegiatan positif yang membangun. Gue percaya kok semakin dewasa kita pasti semakin bisa beradaptasi sama lingkungan.

Memilih lingkungan ini bukan berarti kita harus membatasi diri dan membenci orang-orang yang gak sepaham sama kita lho ya. Berteman boleh sama siapa saja, tapi pilih lah orang-orang yang akan menghabiskan sebagian besar waktunya dalam kehidupan kita dengan bijak. Kalo kata quote-quote di google sih "Keep your circle small and expand your vision."

Monday, February 06, 2017

A night without coffee at a coffee shop


pardon me
test camera

rara - odah - dara
we tell stories and share memories. 
for the first time in 4 years... 
Yea. These beauties are my high school friends. We were pursuing our bachelor degree in the same city (Surabaya) yet we never really hang-out together. Until now. Which is after graduation.

Sunday, January 22, 2017

Book Review: Ayahmu Bulan, Engkau Matahari

Book Cover
Nayu : Hidup ini seperti kecap ya, Yah...?
Ayah : Tidak adakah penggambaran yang lebih baik dari sekadar mengibaratkan hidup ini seperti kecap, Nayu?
Nayu : Aku ingat kecap yang Ayah berikan. Semuanya kecap manis. Kecap nomer satu. Kata Ayah, kedelai membuat cerdas dan kuat.
Kecap by Lily Yulianti Farid is one of several short stories, in the book titled 'Ayahmu Bulan, Engkau Matahari', that successfully made me cried. And I cried in my way to Jakarta from Surabaya by train because this book is my travel-mate.

Attracted by the title and the cover, I bought this book around 6 months ago in coincidence. This book consist of 17 short stories which illustrated women's life struggle very well. From the affairs of wheat flour until the humanitarian mission in Ramallah. Almost all the main characters are women of diverse ages, races, cultures, and religions. they struggle with the search for identity, gender inequality, a love triangle, to the problems of socio-political which often puts women as the objects. Lily Yulianti Farid (the writer) clearly featuring the voices of women in shouting anxiety, anger, and resistance to injustice that often occur wherever they are.


A book worth to read for every women in the world.

Wednesday, January 18, 2017

Absurd 2017

Ketika pagi-pagi mau berangkat naik becak,
Mamang X : (pake logat sunda) hati-hati mba Rara ya, jangan lupa baca doa baca Bismillah
Rara : iyaa
Mamang X : KTP udah bawa KTP? awas banyak begal motor
Bibi X : (nyaut) mana ada begal motor ngambilnya becak-.-
Rara : lah iya kan naik becak? Hahaha