Monday, November 26, 2018

Seloka Swarnadwipa: Bukan Sekedar Pertunjukan Tari

Tari Gending Sriwijaya

Latihan Sebelum Pentas

Drama Tari Cik Minah Sayang

Tari Mak Inang

Saturday, October 20, 2018

My First Summit! Gn. Gede 2958 mdpl



Rara : Wil naik gunung yuk
Wildan : Kapan?
Rara : Jumat depan
Wildan : Gunung apaan?
Rara : Gede
Wildan : Ayo deh. Temen gue juga kayanya ada yang mau ikut
Berawal dari percakapan random di kantor, akhirnya jadi juga naik gunung yang agak dadakan ini. Persiapan cuma 2 minggu dan Wildan yang jadi lawan bicara gue di atas justru ngga jadi ikut karena H-1 tepar. But then, the show must go on. Gue dan beberapa teman lainnya tetep lanjut daan as you can see in above pictures, kita muncak! Akhirnyaa impian untuk summit terpenuhi setelah 2 tahun yang lalu gagal muncak di Semeru karena kondisi team yang tidak memungkinkan. Kali ini aku senang! hehehe.

Anyway yang menuju puncak Gunung Gede bersamaku di atas ada Pak Surachman, Riyan, dan Mas Dana. Awalnya mau nekat muncak bareng rombongan sebelah gara-gara bangun kesiangan dan udah gaada mereka di tenda. Tapi untungnya setelah belum terlalu jauh berjalan papasan sama mereka. Dan mereka ternyata baru selesai nyari air, belum muncak. Emang terbaik lah mereka mereka ini. Pas muncak, mereka juga yang konsisten nyemangatin dengan bilang "Gak jauh kok Ra, bentar lagi juga sampe puncak" bahkan dari awal pendakian :')

Sunday, October 07, 2018

Aku Bersyukur

Belum ada batasan yang jelas mengenai seberapa jauh mata kita bisa melihat
Selama masih ada partikel cahaya yang terpancar,
aku asumsikan tak terbatas

Belum ada batasan yang jelas mengenai seberapa jauh kaki kita bisa melangkah
Selama ada kemauan,
aku asumsikan tak terbatas

Belum ada batasan yang jelas mengenai seberapa banyak kepala kita bisa menyimpan memori
Selama bisa dioptimalkan,
aku asumsikan tak terbatas

Untuk melihat hal yang lebih indah dari biasanya, dan menyimpan memori yang lebih berharga dari sebelumnya, aku melangkahkan kaki ku lebih jauh..

Lalu..
Aku menemukanmu
dan aku bersyukur.

(September 2018 - Puncak Gunung Gede, 2958mdpl)

Sunday, August 05, 2018

Jogja!


When talking about holiday destination people would generally split the options to three: 1) Mountain, 2) Beach, 3) City tour. Those who likes cold and calm ambience will choose mountain, those who enjoys sun and sea salt will choose beach, while those who dislike both will choose to do city tour. For me those option is not even an option. If there are any possibilities to do the three of them at one time, I would prefer to not choose only one, or two. I am a type of person who doesn't care where the road leads me to, as long as I go with the right companion, I will be amused.

Last weekend, at the end of July, the long awaited getaway finally realized. Me and my best companion, Ardini and Ana - whom I acquainted from University's Community Development Program 3 years ago in Bojonegoro, have planned this since a year or even two years ago when I just graduated from University. The plan was only a discourse until Ardini bought the ticket for me and Ana to force us go. Long story short, Ardini, Ana and Rose (Ana's friend) departed from Surabaya on Friday morning and arrived in Jogjakarta on Friday night. While I just arrived in Jogja on Saturday morning due to the night train from Jakarta.

We rented a car with a driver to take us to places we planned to visit that day. Our first destination was Mangunan, a highland with pine trees and extraordinary view of Jogja.



There is this place called Kebun Buah Mangunan which was built to provide the best spot to see hills and rivers of Jogja. From here, you can see an extraordinary face of Jogja. You would not even realize that this place is in Jogja if you only see the picture. Pardon me if I am being a hyperbolic, but it's true!

The access to Kebun Buah Mangunan is pretty easy as the local government already built a proper road for two cars to pass. Even it is located in a highland, you don't have to spend a lot of energy to walk way up since the distance from parking lot to the view-point spot is not so far. Ardini has backbone issue that made her unable to do mountain trek or walk too far but she survived here, so.. you will survive.

The next destination in Mangunan was Pine Forest.
But I guess I'll continue the story later..
So.. til next part of the story!

Sunday, April 29, 2018

Aku suka melihat kedua matamu..
Seperti lautan kala bulan baru yang keduanya tampak saling menahan rindu
Diam-diam bergelung gemuruh menahan amarah dan entah
Kemudian saat pagi datang, ia kembali berubah tenang. 

Wednesday, April 25, 2018

Can we pretend that airplanes in the night sky are like shootin' stars?

Thursday, March 29, 2018

Se-cupu Itu Naik Pesawat

"Kata Habibie, kalau pesawat bergetar, itu bagus. Tandanya tidak ada keretakan. Aku udah kaya Habibie belum?"
Perjalanan Solo - Jakarta dengan durasi 1 jam 5 menit yang biasanya terasa sangaaat lama mendadak jadi lebih cepat dari biasanya. Tak seperti biasanya juga, kali ini ada yang menemani saya sepanjang perjalanan. Ia layaknya Antimo yang menenangkan saat dalam perjalanan wkwk.

Kalau naik pesawat ada yang nemenin tuh pasti rasanya lebih tenang walau masih ada takutnya. Gatau kenapa rasa takut untuk naik pesawat ini semakin tua semakin besar. Padahal dulu waktu kecil sering banget bolak balik Jawa - Sulawesi, Makassar - Soroako, dan dengan pesawat yang lebih kurang meyakinkan dari pesawat-pesawat yang akhir akhir ini saya pilih. Pesawat kecil baling-baling dari Pelita Air yang kalau kita duduk di dalamnya bukan cuma harus pakai sabuk pengaman dan menegakkan sandaran kursi, tapi juga harus pakai ear muff yang disediakan supaya ga budeg wkwk. Asli itu pesawat bisingnya menusuk sanubari. Parahhh sampe kalo ngobrol harus teriak teriak. Kalah HP Compressor juga hahaha.
Pelita Air Makassar - Soroako. Img source: Google.
Pernah sewaktu SD dulu pesawat yang saya naiki dalam perjalanan ke Soroko ini sudah betul betul hampir jatuh di pegunungan Verbeek, Sulawesi. Cuaca buruk dan kontur pegunungan yang tidak rata membuat udara di atas jadi jauh dari stabil. Turbulensinya parah sampai bisa loncat dari kursi kalo ga pake sabuk pengaman #lebay. Tapi hampir semua orang sampe muntah dan bahkan kakak saya sendiri. Belum lagi pesawat ini terkenal dengan issue baling-balingnya yang sering kali mati satu :') Alhamdulillah doa orang-orang yang bersama saya di pesawat saat itu dikabulkan jadi tulisan ini masih bisa saya tulis di sini.

Anehnya pada saat itu saya sama sekali tidak takut. Saya bahkan jadi penenang untuk kakak saya yang duduk di sebelah saya saat itu. Saya paham betul bahwa turbulensi adalah sesuatu yang normal untuk perjalanan udara dan saya yakin pesawat yang saya naiki itu sudah dirancang sedemikian rupa supaya bisa terbang dan mendarat dengan baik.

Sekarang... semua keyakinan itu luntur begitu saja. Mungkin karena semenjak kuliah di Surabaya jadi jarang naik pesawat karena lebih jarang balik ke Soroako juga. Saya jadi cupuuu banget kalo naik pesawat. Nyali saya hilang. Padahal dulu sempet punya cita-cita mau jadi pramugari. Kalo takutnya kaya gini gimana mau nyelamatin penumpang...

Monday, March 19, 2018

Antara Jujur dan Polos

Rara : Bapak udah pake form PC yang baru kan?
Pak Darto : Lho yang mana? yang biasa itu kan?
Rara : Ada yang baru yang ada petanya
Pak Darto : (Ambil form PC) saya pakainya yang ini aja nih kayanya belum yang baru deh
Rara : Lho iya ini bener sudah Paak. Ini lho petanya dibaliknya.
Pak Darto : Ooh saya pikir ini reuse jadi ada belakangnya gitu
Rara : YaAllah Paak saya bikin itu sejam sendiri lho malah dikira reuse :")
Kejujuran memang kadang menyakitkan. Tapi ini sepertinya karena Pak Darto terlalu polos deh...

Sunday, March 18, 2018

Ku tutup mataku agar tiada melihat.
Ku tutup telingaku agar tiada mendengar,
Namun akan ku biarkan hatiku terbuka agar senantiasa merasa..

Friday, March 09, 2018

Epic Conversation from Today's Dinner

A : Kamu asalnya dari mana?
B : Dari tanah
A : ...

Wednesday, March 07, 2018

Puisiku Untukmu

Hai, pagi untuk malamku..

Ini jawaban ku untuk rindumu
Aku juga merindukanmu

Tapi.. ingatkah kau aku pernah berkata aku takut Tuhan akan cemburu?
Aku takut kau meminjam anganku tanpa ada rencana untuk mengembalikannya
Untuk itu.. aku simpan rinduku dalam diam untukmu

Pernah sekali aku berkata pada langit senja
Aku tak akan berdamai dengan apa pun yang kau tawarkan
Aku menyesal sekarang..

Baru kali ini aku terbuai
Terbuai dengan segala daftar resiko yang ada
saat aku memutuskan untuk terbiasa berharap akan terbiasa olehmu

Hai.. pagi untuk malamku,
Kali ini izinkan aku menulis puisi untukmu
Kau tahu obat rindu yang juga ampuh selain bertemu?
Do'a dari hati tulus yang dititipkan pada Sang Pencipta

Untuk itu.. aku senang ketika hujan datang
atau ketika aku berhasil bangun di sepertiga malam
Aku berharap doa-doa baik yang aku ucapkan untukmu akan lebih cepat terkabul

Hai pagi untuk malamku,
Meskipun kita tak berada pada tanah yang sama
Hatiku akan tetap di sana bersamamu dan bersama rasa yang selalu ada.
Salam rinduku untukmu, selalu.
Senjaku yang ku harap menjadi nyata.


-Putri Bulanmu, 7 Maret 2018_22:57, saat kau merindukanku dari tanah Lampung-

Thursday, February 08, 2018

Kecewa Sama Kuping Sendiri

Ojol : Ibu Rahayu ya?
Rara : Iya
Ojol : Ke stasiun ya?
Rara : Ngga usah (sambil pake helm)
Ojol : Hah? Ke stasiun kan?
Rara : Ngga usah Pak
Ojol : Hah?
Rara : Eh.. gimana gimana Pak? Saya pikir ditawarin masker... 

Saturday, February 03, 2018

I really want to tell a story but I'm very sleepy now..