Monday, February 06, 2017

A night without coffee at a coffee shop


pardon me
test camera

rara - odah - dara
we tell stories and share memories. 
for the first time in 4 years... 
Yea. These beauties are my high school friends. We were pursuing our bachelor degree in the same city (Surabaya) yet we never really hang-out together. Until now. Which is after graduation.

Sunday, January 22, 2017

Book Review: Ayahmu Bulan, Engkau Matahari

Book Cover
Nayu : Hidup ini seperti kecap ya, Yah...?
Ayah : Tidak adakah penggambaran yang lebih baik dari sekadar mengibaratkan hidup ini seperti kecap, Nayu?
Nayu : Aku ingat kecap yang Ayah berikan. Semuanya kecap manis. Kecap nomer satu. Kata Ayah, kedelai membuat cerdas dan kuat.
Kecap by Lily Yulianti Farid is one of several short stories, in the book titled 'Ayahmu Bulan, Engkau Matahari', that successfully made me cried. And I cried in my way to Jakarta from Surabaya by train because this book is my travel-mate.

Attracted by the title and the cover, I bought this book around 6 months ago in coincidence. This book consist of 17 short stories which illustrated women's life struggle very well. From the affairs of wheat flour until the humanitarian mission in Ramallah. Almost all the main characters are women of diverse ages, races, cultures, and religions. they struggle with the search for identity, gender inequality, a love triangle, to the problems of socio-political which often puts women as the objects. Lily Yulianti Farid (the writer) clearly featuring the voices of women in shouting anxiety, anger, and resistance to injustice that often occur wherever they are.


A book worth to read for every women in the world.

Wednesday, January 18, 2017

Absurd 2017

Ketika pagi-pagi mau berangkat naik becak,
Mamang X : (pake logat sunda) hati-hati mba Rara ya, jangan lupa baca doa baca Bismillah
Rara : iyaa
Mamang X : KTP udah bawa KTP? awas banyak begal motor
Bibi X : (nyaut) mana ada begal motor ngambilnya becak-.-
Rara : lah iya kan naik becak? Hahaha


Friday, December 30, 2016

2016 dan Beberapa Hal Tentangnya

Dini hari tadi, (dalam pembicaraan di sebuah online chat) gue bilang kalo tahun baru bisa dicepetin jadi besok pasti akan gue cepetin.

Today is December 30, still one day left before new years eve but I feel like I've had enough of 2016. Too many obstacles, I thought. But hey, no. It was actually not that bad. It took me no more than 5 minutes until I finally realized that those obstacles came in the latest months of this year, made me forgotten what came in first.

So let's reflect on what's good from this year.
1. Visited Toraja
2. Received an A for my thesis defense
3. Got my bachelor degree in hand
4. Went abroad fully funded by being a delegate from Indonesia for The 6th Asia Pacific Conference of Public Health in Bangkok, Thailand
5. Mister Ipang was selected to be one of the Top 10 Promising Social Innovation Project 2016

One thing that I figure just now is that I started this year with rejection and finished it with the same issue.

Gue inget banget Januari 2016, tepatnya beberapa hari sebelum ke Soroako untuk KP dan Skripsi, proposal skripsi gue yang udah siap banget turun lapangan harus diganti topik dan judulnya karena satu dan lain hal. Waktu itu rasanya kacau parah sampe nangis. Tapi ternyata betul, ngga ada hasil yang mengkhianati usaha. Pada akhirnya gue menemukan topik yang pas sampe bisa dapet A dan dipermudah proses kelulusannya.

Nah sekarang gue kembali menerima penolakan. Penolakan yang lebih banyak daripada 1 judul skripsi. Penolakan yang bisa dibilang lebih berat daripada ketika proposal skripsi lo diganti. Penolakan yang memperkuat mental dari tempe jadi baja.

I've been a hard-worker by nature but this year was harder, I think. Well thanks for all the lessons, dear 2016!

Wednesday, December 28, 2016

Potong Rambut di Haircode

Ketika ngepost foto ini di instastories, jawaban yang bener cuma 5% dari sekian banyak yang bales. 95% sisanya bercanda bin ngawur. Mostly yang ngawur pada jawab pacar baru, cowok baru dan sejenisnya which I really hope so haha. Tapi engga woy, reality hurts. Kali ini yang baru adalah: rambut. Yes, gue potong rambut. Dari awalnya panjang se ulu hati, sampe sekarang cuma sedikit dibawah pundak.

Keputusan untuk akhirnya potong rambut ini gue ambil dengan waktu yang lumayan lama. Sekitar semingguan apa yaa, lupa. Bukan karena sayang sama rambutnya (cause in fact gue udah gak tahan banget bangetan sama rambut panjang. Gerah. Ribet. Bye.), tapi karena bingung harus potong dimana. Selama 4 tahun kuliah gue biasanya potong di Brown Salon Galaxy Mall sama Mbak Tia, atau dipotongin mas bos Eddy Rizaldy. Selain itu gue gak mau. Kenapa? Karena menemukan capster dan tempat potong rambut yang pas itu susah banget men kaya nyari jodoh. Eh tapi susahan nyari jodoh si-_- Rambut gue tipenya yang tebel, ngembang dan kering gitu jadi kalo salah potong bisa bisa ancur. Entah yang jadi kaya singa lah, kaya anak kurang gizi kalo kebanyakan dikikis atau pernah juga jadi gak berbentuk gitu. That's why sekali gue nemu tempat potong rambut yang pas, gue gak pindah kemana mana lagi.

Nah masalahnya gue udah lulus dan balik lagi ke Jakarta. Dulu, pas SMA biasanya gue potong di Irwan Team sama lupa nama capsternya siapa. Tapi mehong cyin. Dulu mah enak yakan masih dibayarin orang tua. Sekarang duh mending gua tabung kali tuh duit buat umroh kek naik haji kek yang wajib yekan #azek. Jadilah gue nyari-nyari salon yang rate nya bagus dan harganya gak nyakitin kantong. Baca-baca review sana sini, browsing browsing, tanya-tanya temen sampe akhirnya dapet lah satu salon yang sesuai sama kriteria gue. Namanya Haircode. Dari review yang gue baca, rata-rata orang pada puas sama hasil guntingan rambut di Haircode Salon ini. Cabangnya pun banyak, ada yang deket rumah, ada yang deket kantor juga jadi gak bingung lah bisa potong kapan aja. Kalo gue kemaren karena kebetulan lagi ada janji di Kota Kasablanka, jadilah gue sekalian potong rambut di Haircode Kokas. Capster yang megang gue namanya Muslih. Sebetulnya kita bisa milih mau ama siapa. Pas pertama kali masuk tuh ada daftar nama capster dan harga harga perawatannya gitu. Tapi karena gue baru pertama kali nyoba yaudah gue bilang terserah pokonya yang bagus aja sama yang bisa motong rambut ngembang gini. Sebelum dikeramas, capsternya bakalan nemuin kita dul untuk konsultasi. Waktu konsultasi ini lo kasih tau deh tuh lo maunya potong rambut jadi kayak apa, se mana, dll. Nanti si capsternya bakal ngasih pertimbangannya dia juga kira-kira cocok sama bentuk wajah kita apa engga. Nice banget lah pokonya. Si Mas Muslih ini pun begitu, dia tetep ngikut gue maunya kaya gimana tapi disesuaikan sama bentuk wajah.

Setelah selesai dipotong, yang ngeblow ternyata capsternya juga. Gue minta diblow natural aja biar gak hebring kayak orang baru keluar dari salon banget gitu haha. Sama mas muslihnya dikasih tau caranya gimana biar rambutnya bisa curly natural gitu nanti kalo abis keramas di rumah tanpa perlu hair dryer. Pas gue nanya cara ngerawat rambutnya juga dia dengan sabarnya ngejelasin loh.

Pas bayar... jeng jeng! Harganya sama kaya yang tertulis di daftar harga awal loh gak ada biaya tambahan sama sekali. The problem is... gue lupa harga pastinya berapa hehe. Pokonya kalo gak 150rb, 175rb, 180rb atau 185rb. Between 100-200rb lah angkanya. Gimana? Kalo menurut gue sih harga segini masih wajar untuk salon sekelas Haircode dengan kualitas yang gak kalah sama Irwan Team. Ya walaupun pada beberapa aspek masih menang Irwan Team sihh. Tapi beda lah, harganya aja udah beda jauh.

Overall, I am satisfied with my haircut right now and will definitely come back to this salon for the next cutting session.

Tuesday, December 06, 2016

jangan pindah dulu

Lila : Ra, lagi di Surabaya ta?
Rara : Engga Lil, di Jakarta nih
Lila : Udah pindah kamu ini ceritanya?
Rara : Belom haha
Lila : Masih di Surabaya kan, Ra?
Rara : Iyaa
Lila : Kirain udah pindah kesana semua. Kapan balik ke sini?
Rara : Belum tau Lil haha. Abis udah ngga ada apa apaan di Surabaya. Nanti kalo ada show paling baru aku kesana lagi. Sama kalo mau pindahan.
Lila : Yah Ra jangan pindah dulu

Di saat gue lagi menjaga jarak sama orang orang, this conversation showed up and somehow made me feel needed. Now I understand how a simple hello, a simple how are you and a simple conversation can change someone's life.

Wednesday, July 13, 2016

Go-jek = Kebutuhan Hidup Masa Kini

I really thank Nadiem Makarim for creating Gojek! Karena hari ini dan pada detik ini juga gue ngerasa kalo kebutuhan hidup gue nambah gak cuma sandang, pangan, ama papan tapi juga ada go-jek. Life in Surabaya is so much easier for me when go-jek is around, and of course when the app works in my phone. Oh anyway, I've arrived in Surabaya since 2 days ago.

Hari ini hari yang bisa dibilang lumayan padet buat gue. Mulai jam 7 pagi gue udah berangkat ke kampus buat ngeprint lembar pengesahan skripsi sama kartu bimbingan, abis itu harus udah ada di bratang gede sebelum jam 9 untuk minta tanda tangan dosbing, balik lagi ke kampus terus baru tau kalo ternyata sertifikat elpt harus dilegalisir, akhirnya kudu ke pusat bahasa Unair di kampus b, dari kampus b kudu balik lagi ke kampus c buat ikut kuliah tamu, selesai kuliah tamu kontrol behel di klinik ortho daerah Merr, and finally... balik kos. Mondar mandir kaya gitu gak bakalan bisa kalo tanpa kendaraan kan? Nah! karena jiwa kemahasiswaan gue sangat tinggi, gue sangat menghindari yang namanya naik taksi. Gue akan memilih jalur ter-hemat yang bisa gue laluin buat bisa sampe ke tempat tujuan. Well mostly emang menurut gue go-jek jawabannya kalo di Surabaya. Tapi tiba-tiba tadi pagi pas mau mesen go-jek ke Bratang Gede kok gabisaaa?! And damn! Ternyata aplkasinya kudu di update. Sedangkan hp gue lagi error kudu dibersihin dulu suppaya bisa instal atau update aplikasi. It's a dead end! I thought at first. But then, Viska, temen satu dosbing gue ngasitau kalo dia disuruh bareng minta tanda tangannya. Akhirnya gue bisa nebeng dari kampus ke Bratang Gede dan sampe kampus lagi. Hamdalahh!!

Dari kampus C ke kampus B sebenernya ada bus kampus gratis, tapi cuma pada jam jam tertentu aja. Dan ketika kemarin gue tunggu, gak dateng dateng men -.- Entah jadwalnya yang belom di update atau gimana pokonya akhirnya gue ngeline Pute buat mesenin go-jek dari hp nya dia. Tiba-tiba Amanda sama Amira lewat dan minal aidinan, langsung lah gue tanya mereka ada yang punya aplikasi go-jek apa engga. Hamdalah lagi!! Amanda punya dan ngebolehin gue buat mesen go-jek dari hp nya dia. Super bersyukur.

Di kampus B, pas lagi nunggu antrian buat ngambil legalisir ELPT tiba-tiba Iin dateng. Wah kebetulan gue lagi pusing mikirin balik ke kampus C nya lagi gimana kan. Akhirnya gue tanya lah si Iin. "In, ada aplikasi gojek ga?", terus kata Iin "Lhoo, gak ada Ra. Paketanku mati juga lagian. Kamu pulang bareng aku aja lhoo.", gue jawab "Gak bawa helm aku In", terus kata Iin "Halah gak papa gak papa Raa InshaAllah gak ada polisi". Akhirnya gue pun balik ke kampus C bareng Iin dan Alhamdulillah gak ada polisi beneran euy :"

Terakhir, pas mau ke klinik gigi kebetulan gue lagi sama Spica yang juga baru selesai ikut kuliah tamu. Gue pesen lah go-jek pake aplikasinya dia. Tapi ternyata aplikasinya lagi error nggak bisa log-in. Gue udah pasrah sih disitu kayak jalan kaki juga gapapa deh udah lama ga jalan juga w. Terus ternyata Spica nawarin mau dianter apa engga. Huaaaa super duper Hamdalah!! Akhirnya gue ke klinik gigi dianter Spica.

Karena udah gak sama siapa siapa lagi, dari klinik gigi gue beneran jalan kaki balik ke kosnya hahaha. Mayan sih bikin keringetan, tapi gak berasa kok jauhnya, mungkin karena udah sore juga kali kan jadi gak panass.

Pada akhirnya kehidupan gue emang tetep berjalan walau tanpa go-jek. Cuma jadi lebih ribet aja dan jadinya ngerepotin orang lain :'

Terima kasih untuk semua malaikat-malaikat ku hari inii! Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan pahala yang jaaauuuuuh lebih besar ya, aamiin.