Saturday, November 12, 2011

Deja Vu


Deja vu berasal dari sebuah frasa Perancis dan artinya secara harafiah adalah "pernah lihat / pernah merasa". Maksudnya mengalami sesuatu pengalaman yang dirasakan pernah dialami sebelumnya. Fenomena ini juga disebut dengan istilah paramnesia dari bahasa Yunani para (παρα) yang artinya ialah "sejajar" dan mnimi (μνήμη) "ingatan".
Menurut para pakar, setidaknya 70% penduduk bumi pernah mengalami fenomena ini. 

Yap, 70% itu termasuk gue pastinya. Deja Vu itu acap kali muncul di kehidupan gue. Siapa sih dia? Nobody really knows yet. Bahkan para peneliti dan psikolog legendaris aja masih belum punya penjelasan yang konkret tentang Deja Vu. Masih banyak perbedaan pendapat. 

Menurut para ahli otak, deja vu itu otak kita ibarat ilustrasi gunung es. Permukaan air adalah batas kesadaran kita. Pikiran Sadar kita adalah bongkahan yang muncul di atas permukaan laut. Sedangkan pikiran bawah sadar adalah bongkahan raksasa yang ada di dalam laut. Menurut mereka, sesungguhnya sebagian besar informasi yang kita terima tersimpan di pikiran bawah sadar kita dan belum muncul ke permukaan. Hanya sebagian kecil dari informasi yang kita terima benar-benar kita ingat atau sadari.

Kalo menurut gue --Rara bocah 16 tahun yang agaknya suka sok tau-- sih simple aja. Berdasarkan apa yang gue alamin sendiri, deja vu itu lebih ke mimpi yang jadi kenyataan. Ketika itu terjadi yang kita rasain adalah deja vu. Perasaan seperti sudah melakukan hal yang sama persis sebelumnya. Dimana? Di mimpi.

Awalnya gue bahkan percaya sama teori reinkarnasi. Kehidupan sebelum kehidupan yang sekarang atau bisa dibilang terlahir kembali dengan wujud berbeda. Tapi setelah kemaren gue baru aja mengalami deja vu kembali, sekarang gue inget kalo entah kapan gue pernah mimpi dengan kejadian yang sama persis. Even mimpi itu ngga sepenuhnya bisa diinget kembali dan paling cuma 0.5% dari keseluruhan mimpi itu yang masih bisa kita inget lagi dikemudian harinya. 

Finally, the reincarnation theory became nonsense. Especially for me. I made the new theory based on how I really felt myself. Yet, everybody has their own opinion. That's why we all actually can be a professor.

I am a professor, in my own way. Make a theory, believe it, then go.

Salam,
Prof. Dr. Rarahayu Candraditya M.Sc

No comments: